Pengalaman Belanja Dapur di Eden Farm

Satu kalimat tentang belanja di Eden Farm adalah: LUAR BIASA. Salah satu dan satu-satunya fitur di Eden Farm yg memenangkan pertempuran startup belanja dapur adalah adanya pilihan jam antar. Dengan adanya pilihan jam antar tersebut, konsumen dapat memilih di jam berapa ada di rumah. Dan saya memilih di jam 05:00 – 07:00. Karena kalau jam 04:00 – 05:00, terlalu pagi bagi sang kurir.

Dan fitur tersebutlah yg hanya ada di Eden Farm, untuk aplikasi sejenis yg sayur atau tani atau apalah, fitur ini tidak ada. Yang ada hanyalah perkiraan antar yg seperti pengantaran paket pada umumnya yaitu 1-3 hari, tergantung lokasi antar.

Lah sayur mayur, ikan, daging, adalah bahan yg cepat busuk, jika diantar sampai hitungan hari, bisa dipastikan sampai tujuan sudah layu, basi. Di sinilah kunci SCM berperan. Bukan hanya ambil langsung dari petani atau memberdayakan pasar, pilihan jam antar juga punya peranan utama di bisnis bahan makanan segar ini.

Yg belum install, silahkan klik tautan berikut:

Android: https://play.google.com/store/apps/details?id=com.edenfarm.mobile

iOS: https://apps.apple.com/id/app/eden-farm/id1536391943

Lalu masukkan kode refferal berikut: Z4X2J6HR

Pola Pikir

Ada hal yang terpenting ketika saya memutuskan untuk transmigrasi bedol komputer dari sistem Windows ke sistem operasi komputer berbasis Open Source, yaitu Pola Pikir alias Mindset.

Saya haqul yakin jika motivator sekelas Mario Teguh, Andri Wongso, Tung Desem Waringin dalam presentasinya selalu berkata ubahlah pola pikir Anda sebelum lanjut ke tingkat lebih tinggi (embuh iki bener opo nggak 😀) yaitu pola pikir Terbuka.

Ternyata bukan hanya sistem Jendelas saja di dunia ini. Ada Linux (dengan varian distro yang bejibun), ada OS Macintosh yang anggun (bukan anak gunung) serta Unix yang merupakan kakek buyut sistem operasi komputer dari Linux dan Macintosh jugak.

Bersifat terbuka itu membutuhkan waktu lebih banyak untuk belajar menerima sesuatu yang baru. Hal yang baru tersebut tidak serta merta kita telan mentah-mentah,kita harus memiilah-milah mana yang baik dan mana yang buruk. Kenapa? Karena kita Manusia.

Linux yang saya tahu di masa kuliah hanya dua yaitu Open Suse dan Ubuntu. Kedua produk itu saya mencoba live CD pada komputer “perang” saya. Dan namanya saja sesuatu yang baru, tentu saja merasa kagok dan kesulitan tentang perintah-perintah (syntax’) yang digunakan dalam mengoperasikan Linux. Kesulitan bertambah ketika saya menjalankan software yang serupa Jendelas di Linux seperti software untuk mengetik, menghitung dan presentasi serta olah digital foto dan desain grafis vektor. Saya menyerah.

Saya menyerah karena saya “sedikit sekali” meluangkan waktu untuk mencoba hal baru tersebut. Saya tidak “berpikir terbuka” untuk menerima hal baru untuk saya pilah-pilah yang baik. Saya terburu-buru dalam memerintahkan otak untuk segera berhenti menggunakan sistem operasi yang baru. Otak memerintahkan untuk segera kembali ke Jendelas yang sudah “terbiasa”.

Dan Linux rasa Mac atau Mac rasa Linux pun bisa dilakukan :))

Moral Cerita: Merubah pola pikir juga “harus” merubah kebiasaan 😉

first photo taken from here

Hackintosh

Hackintosh di Compaq CQ510 dengan spesifikasi:
Intel Core 2 Duo
VGA chipshet intel X-3100
RAM 1GB
Using HAZARD distro non retail installer

Keberhasilan meng-instal Macintosh (Snow Leopard) di tentukan dari warna menu bar bagian atas. Jika warna bar menunjukkan warna transparan, maka instalasi Mac telah berhasil seperti gambar berikut. Jika warna bar berwarna putih keabu-abuan (tidak transparan) walau berjalan di 64-bit dan dalam ukuran pixel sesuai pixel monitor (misal: 1366 x 768 px), maka instalasi Mac di komputer belum berhasil.

Butuh lima hari penuh bisa berhasil dan sukses. Pada hari ke-3 Hackintosh CQ-510 berhasil terinstal dengan berjalan di 32-bit kernel. Ketika dicoba di 64-bit kernel, kembali gagal dan gambar latar belakang menjadi ukuran 1024 x 768 pixel yang seharusnya 1366 x 768 pixel sesuai dengan ukuran pixel monitor. Di samping itu, informasi nilai bit jadi hilang <– pada saat ini terjadi bener-bener bikin “panic at the lab-sco” !!! Tapi ada yang unik, ketika dicoba di 64-bit, computer name merujuk ke Macbook Air 🙂

Hingga tulisan ini dimuat, ada beberapa fitur yang belum berjalan sempurna yaitu:

  1. Klik di Trackpad (solusi: pake mouse, habis perkara)
  2. WiFi (solusi: pake tambahan USB WiFi sangat bisa, atau mau OnLine pake usb modem wes mlaku)
  3. Logo Apel krowak di casing LCD ndak keluar (solusi: beli stiker tempel di jidat!!)

Jika ingin eksperimen monggo dan pastikan tiga spesifikasi utama komputer anda sebagai berikut:

  1. Prosesor Intel Core 2 Duo.
  2. VGA nVidia (nilai RAM bebas), jika dana terbatas, pastikan VGA ber-chipset Intel GMA-X3100. Walau X4500 lebih bagus, tapi ndak isa di-hackintosh-kan.
  3. RAM 2GB.

Info lebih lengkap silahkan mampir ke situs http://mac-inul.com.

Jika masih kurang puas, silahkan beli produk Apple sesungguhnya (solusi sempurna) 😛