Maaf Saja Masih Kurang

Q: Berapa kali anda pernah rugi dalam berbisnis?
A: Sering

Kerugian dalam bisnis, bukan hanya soal nominal. Bagi saya kerugian bisnis yang teramat sangat ialah kehilangan kepercayaan. Saya mengalaminya sendiri beberapa waktu lalu dengan pihak percetakan yang sudah besar di Jember.

Awal mula kerjasama bisnis ini, pada saat beberapa mahasiswa yang mengajukan proposal untuk sebuah acara yang akan diselenggarakan selama 4 hari. Saat proposal itu masuk, hari menuju acara tinggal 5 hari (H-5). Sebagai produsen susu, bentuk kerjasama yang kami berikan untuk sebuah acara adalah bagi hasil dari penjualan stan susu di acara. Namun acara ini bukan sebuah acara hura-hura yang seperti acara lain yang masuk di kantor saya. Acara ini adalah acara serius nan sempurna. Terlihat konyol untuk membuka lapak dalam acara yang cukup hening, sedang kami koar-koar dengan nada dering spiker pemanggil susu.

Akhirnya disepakati untuk membuat spanduk sebanyak 2 (dua) lembar yang akan dipasang pada dua lokasi acara. Tentu saja saya menyetujui dengan syarat dan ketentuan yang berlaku. Akhirnya saya melobi dua perusahaan percetakan yang sudah punya panji kibar cukup besar di Jember. Dengan nada pasti dari satu pemilik percetakan bahwa siap membantu untuk cetak satu spanduk, untuk spanduk yang kedua, sila untuk bayar. Untuk pemilik percetakan kedua, masih menunggu untuk kesanggupan mencetak spanduk.
Hingga H-1

Pada hari H kurang 12 jam, tersiar kabar dari pemilik percetakan yang kedua, bahwa spanduk dapat diambil besok siang pukul 11.00 WIB. Seketika saat mendengar kabar tersebut, saya memberitahukan kepada panitia yang saat kepastian siar spanduk yang kedua sudah dicetak, posisi panitia berada di hadapan saya dan pemilik percetakan yang pertama.

Panitia menjelaskan bahwa pada jam tersebut (11.00 WIB) acara sudah dimulai dan dengan kondisi demikian, maka opsi yang dipilih adalah hanya menggunakan satu spanduk. Saya memerintahkan bahwa kapanpun agar spanduk yang kedua harap diambil.

[…….beberapa hari kemudian…..]

Dapat sms (hari gini sms? bebeem doms ah | SEBODO) dari percetakan kedua yang meminta dokumentasi tentang spanduk dari acara yang dimaksud. Seketika itu juga, saya meneruskan pesan singkat tersebut kepada panitia. Panitia mengatakan data foto berada pada rekan yang sedang mudik.

[…….beberapa hari lagi……..]

Dapat email yang berisi lampiran foto tentang acara kemarin. Saya teruskan kepada email pemilik percetakan kedua. Jawabannya: “Banner itu bukan hasil cetakan percetakanku”

APAAA???

Tanpa tedeng alingaling saya kembali mengirim pesan pendek kepada panitia tentang penyangkalan banner dari percetakan kedua. Dan dengan gampangnya mengatakan :
“Loh iya LUPA, banner yg dari F1 gak diambil, karena jadi cetaknya sesudah hari, jadi mf”
“Saya bener-bener LUPA [bla-bla-bla-bla]”

Saya sudah memerintahkan kepada panita bahwa KAPANPUN banner itu selesai, harap diambil. Dan ternyata TIDAK.

Sejak saat itulah hubungan bisnis antara saya dan percetakan kedua, jadi kurang nyaman. Sekedar info saja, bahwa melobi pimpinan percetakan kedua ini susahnya bukan main. Bentuk kerjasama yg diberikan kebanyakan berupa potongan harga cetak spanduk. Ini cetak gratis woooyyy, lobi-lobi susah payah.

Moral Cerita : Melakukan kesalahan dalam berbisnis dengan meminta maaf adalah keharusan, bagi saya itu kurang. Konsekuensi atas kesalahan itu adalah melaksanakan kesepakatan yang terucap dan tertulis. Perkara kesepakatan itu nanti diterima atau ditolak, itu urusan belakang, setidaknya ada IKTIKAD baik melaksanakan konsekuensi.

foto : Psychologytoday.com

#ditulis dengan penuh emosi

3 thoughts on “Maaf Saja Masih Kurang

  1. Kunjungan balik bro, pa kbrnya nih? Sudah mulai beraktivitas seperti biasa ya. Btw, baru bisa online full di Pontianak krn waktu kmrn di Sidoarjo susah banget cari akses. Hehehe… Salam sukses selalu…

    Like

thank you for comment ;)