Tag Archives: profesi
Kerja Di Mana
Kalimat tanya kerja di mana lebih sering saya dengar dari orang Indonesia dari para dari orang bule atau luar nagari. Dan menurut saya kalimat kerja di mana itu tidak penting. Yang penting menurut saya adalah profesi seseorang. Kalimat kerja di mana merupakan bagian keterangan dari bentuk S-P-O-K (subyek, predikat, obyek, keterangan). Dan keterangan dalam bentuk S-P-O-K bisa (bahkan sering) dibaikan untuk mempersingkat pengucapan. Keterangan juga merupakan pelengkap dalam kalimat bentuk S-P-O-K.
Markilatoh (Mari kita lihat contoh berikut);
- Kerja di mana sekarang? | di bank ***** | wah hebat kamu jadi apa? | jadi CS | wew keren yak jadi castemer serfis | castemer serfis apaan? klining serfis tauk.
- Kerja di mana sekarang? | di Pert**** | wik heibat minta pertamax dong. Di bagian apa? | Distribusi minyak | emang ada? | Ada lah, misal kalo ke pom bensin, “Berapa pak?” “sepuluh ribu” “Berapa bu?” “lima ribu”
- Kerja di mana bu? | di ITS | jadi apa? | juru parkir
Kalimat kerja di mana juga pada awalnya menjadi semacam penghargaan (baca: gengsi) bagi yang ditanya, kemudian menjadi njoplang saat ditanya profesi tidak “sesuai” dibandingkan lokasi kerja. Tidak sesuai disini misal menjawab kerja di bank, yang ada dalam benak penanya, kalo tidak teller, marketing, satpam atau CS. Tidak terlintas dalam benak penanya profesi klining serfis. Padahal tanpa kehadiran klining serfis, suasana bank akan menjadi dekil, rusuh dan tidak nyaman.
Untuk seseorang wiraswastawan, pengusaha atau pekerja lepas (freelance) kalimat kerja di mana bisa cocok atau tidak. Karena mereka bekerja tidak berdasarkan lokasi. Okelah untuk pengusaha makanan, percetakan, petani, pengusaha atau peternak yang membutuhkan benda (baik mati atau hidup) agar usahanya berjalan, wajib memiliki lokasi kerja. Bagaimana dengan pekerja lepas yang mengandalkan keahliannya dalam mendulang uang? Desainer grafis, fotografer, arsitek, ilustrator, web designer atau programmer merupakan pekerja lepas yang bisa bekerja di manapun, walau mereka juga bisa bernaung di sebuah agensi atau perusahaan. Banyak juga freelancer yang menjadikan rumah atau kos-kosan menjadi kantor untuk keperluan surat menyurat atau tempat bertemu dengan klien.
Jika petani ditanya kerja di mana pasti menjawab di sawah (ngapain? mancal sawah)
Jika pekerja pembersih kaca ditanya kerja di mana, dijawab di tower (ngapain? nimpuk situ pake batu)
dll dsb
Bukankah dengan menanyakan profesi bisa langsung merujuk pada lokasi pekerjaan. Petani ya di sawah. Kalimat kerja di mana terlalu luas bagi seorang. Karena dalam sebuah perusahaan, kantor, ada bagian profesi yang saling berkaitan satu sama lain. Dengan menanyakan profesi, orang yang ditanya akan langsung memberikan lokasi tempat dia bekerja.
Misal, pekerjaan anda apa? saya humas di PT Susu Sehat Alami. Atau, saya marketing di CV Kamera Murah. Dengan langsung menanyakan profesi, secara ostomastis, orang yang ditanya akan langsung menambahkan lokasi tempat dia bekerja.
Moral cerita: Setiap pekerjaan yang dilakukan umat manusia selalu ada resiko, konsekuensi dan tanggung jawab yang diemban di manapun tempatnya. Sekecil apapun sebuah pekerjaan jika dilakukan sepenuh hati merupakan bentuk ibadah. Hal itulah yang diucapkan oleh Dahlan Iskan, ketika ditanya apa yang akan dikerjakan setelah ganti hati (liver) nanti. Dia akan bekerja, bekerja dan bekerja sebagai bentuk terima kasih pada Tuhan yang telah memberikan kehidupan kedua yang sekaligus beribadah.
gambar : TribunNews
—
angki